Pada bulan
September 2019 Kota Singaraja tercatat mengalami deflasi sedalam -0,87 persen
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK 2012=100) sebesar 145,22. Tingkat inflasi
tahun kalender tercatat 2,07 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun
(September 2019 terhadap September 2018 atau YoY) tercatat setinggi 2,99
persen.
Deflasi (m
to m) ditunjukkan oleh menurunnya indeks pada satu kelompok pengeluaran yaitu
kelompok I (bahan makanan) sedalam
-3,28 persen. Sedangkan kelompok yang tercatat mengalami peningkatan
indeks atau inflasi adalah kelompok IV (sandang) setinggi 0,21 persen; kelompok
III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar) setinggi 0,11 persen; kelompok
VII (transpor, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,09 persen; kelompok II
(makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau) setinggi 0,08 persen; kelompok V
(kesehatan) setinggi 0,06 persen; serta kelompok VI (pendidikan, rekreasi, dan
olahraga) setinggi 0,04 persen.
Komoditas
yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan September 2019
antara lain cabai rawit, daging ayam ras, pisang, bawang merah, bawang putih,
tauge/kecambah, tomat sayur, cabai merah, minyak goreng dan kacang panjang.
Dari
82 kota IHK, tercatat 70 kota mengalami deflasi dan 12 kota mengalami inflasi.
Deflasi terdalam tercatat di Kota Sibolga (Sumatra Utara) sedalam -1,94 persen
sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Surabaya (Jawa Timur) sedalam
-0,02 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Meulaboh (Aceh)
setinggi 0,91 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Watampone
(Sulawesi Selatan) dan Palopo (Sulawesi Selatan) masing-masing setinggi 0,01
persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Singaraja menempati urutan
ke-10 dari 70 kota yang mengalami deflasi.